Opini, Komodoindonesiapost.com -KOQ BISA? (-1)
Koq bisa ya; ini adalah keheranan serentak energi bathin yang membuatku bertahan hingga kini apa adanya, tidak menjadi siapa-siapa selain biasa-biasa saja; kisahnya bermula di masa kecil ketika pikiranku pertama-tama bertumbuh, maksudku ketika aku mulai sadar bahwa di dalam mengerjakan hidup ini aku harus menggunakan pikiran
Koq bisa ya; selalu ada sesuatu yang gamblang tetapi tak kudapat jawabannya yang pasti; kisahnya bermula dari pertanyaan sederhanaku kepada mama: ma, ma, sebenarnya aku ini dilahirkan lewat mana
Mamaku tertawa; koq bisa? mengapa tak langsung dijawabnya, begitu aku membathin; dan karena waktu itu bersama mama ada banyak temannya mama-mama, maka merekapun ikut tertawa
Aku tidak merasa tersinggung; koq bisa ya mereka tertawa, begitu aku membathin sendiri; maka aku terus bertanya: “lewat mana ma;” “lewat ketiak,” jawab mamaku; aku lantas meraih tangan mama dan memegang ketiaknya; tetapi jelas kulihat tidak ada lubang di ketiak itu yang memungkinkan aku lewat padanya; menggunakan istilah sekarang, dari pengamatanku itu, ada hal yang belum reasonable untuk pikiranku; aku tetap kangaranga alias terheran-heran tanpa pengertian tapi berlagak manggut tanda mengerti
“Koq bisa, ma, bagaimana mungkin, ketiak mama tidak berlubang” tanyaku lagi; mamaku dan mama-mama yang lain ngakak sejadi-jadinya; kini malah terbahak-bahak; aku merasa kecut dan penasaran; aku tak putus asa; setiap kali ada celah sedikit, aku terus menanyakan hal itu kepadanya; tapi jawabannya sama sambil tertawa
Koq bisa ya; satu kali pun tak pernah aku memperoleh jawaban yang memuaskan pikiranku; bahkan secara tak disengaja akhirnya ini merupakan catatan pertama dalam pikiranku bahwa dalam hidup ini, tentang sesuatu yang gamblang dan jelas-jelas terang tak selalu didapatkan jawabannya yang jelas dan pasti
Apakah memang ada pertanyaan dalam hidup ini yang tidak tersedia jawabannya atau tidak dibutuhkan untuk dijawab? atau apakah segala yang jelas-jelas dan terang di dunia ini adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan, baik yang terungkap maupun yang terbathin dalam hati?
Aku mengerti akhirnya; meski tetap ada sesuatu yang mengganjal di perasaanku, cintaku kepada mama tidak luntur; meski pikiranku tidak terpuaskan dan mama tertawa-tawa ngeledek, cintaku kepadanya malah tidak surut; koq bisa?
(BERSAMBUNG….)
Penulis : Gerard N. Bibang