Romo Roy: Misionaris Projo asal Labuan Bajo di Swiss ( bagian I)

- Editor

Sabtu, 23 Desember 2023 - 09:24 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Romo Roy [kiri - belakang] bersama Para Pastor dan pengurus paroki/dokumen pribadi Romo Roy

Romo Roy [kiri - belakang] bersama Para Pastor dan pengurus paroki/dokumen pribadi Romo Roy

LABUAN BAJO, Komodoindonesiapost.com – Romo Roy: Misionaris Projo asal Labuan Bajo yang bertugas di Swiss

Pengantar redaksi

Adalah Romo Roy Jelahu, seorang Imam Projo kelahiran Labuan Bajo. Kini bertugas di Swiss. Kami memintanya untuk mensharingkan pengalamannya  selama berada di Swiss. Bapaknya bernama  Bernardus Jelahu, pensiunan PNS dari dinas PPO; sedangkan mamanya Bernama Adriana Hunam, seorang ibu rumah tangga. Wawancara dengan Romo, kami turunkan dua bagian.

Komodo Indonesia Post ( KIP): Apa kabar Romo. Senang kami bisa kontak Romo dan terima kasih banyak untuk kesediaan untuk kami  jumpai, meskipun lewat media saja.

Romo Roy ( RR)  : Terima kasih juga untuk kesempatan mensharingkan pelayanan di Swiss. Saya tidak membayangkan karena pelayanan ini dipercayakan Gereja keuskupan Ruteng kepada saya. Alasannya: saya imam Projo. Dan berkarya untuk keuskupan dimana saya diinkardinasi, dalam hal ini keukskupan Ruteng. Kedua: Kemampuan dan ketangguhan sebagai seorang Misionaris. Atas dasar pilihan sebagai imam Keuskupan Ruteng, saya tidak mempunyai persiapan lama untuk hidup dalam situasi dan kultur yang berbeda.

KIP : Romo Roy, kami baca di Facebook, Romo memberikan sharing di tanah Swiss. Apakah Romo Kerja di sana atau lagi studi di swiss.

RR  : Terima kasih karena sudah membaca pengalaman  refleksi di Faceboo baik lewat tulisan maupun Foto atau Video. Saya bekerja di sebuah Paroki Kathedarl di salah satu keuskupan di negara Swiss, yaitu keuskupan Basel. Nama Parokinya adalah St. Ursen dan St. Viktor. Paroki tempat saya bekerja ini, dikenal sebagai Kota budaya, dari Zaman Barock, di mana design    bangunan rumah dan Gerejanya tetap mempertahankan nuansa abad pertengahan. Gereja Kathedral ini terletak di tengah kota, sebagai simbol dalam sejarah, bahwa Gereja Katolik memainkan peran yang sangat penting. Nama Kota ini sendiri adalah Solothurn.

Sejak Oktober 2020, saya bertugas sebagai seorang Vikar. Vikar itu dalam menjalankan tugas, secara konstitutif dalam Paroki, mengambil peran Pastor Paroki, jika pastor paroki berhalangan sementara atau tetap. Dan jika pastor paroki memberikan amanat untuk mengambil dan menjalankan tugas-tugas parokialnya. Dalam kapasitas kuasa tugas ini, seorang Vikar itu berbeda dengan Kapelan/Rekan. 

KIP : Romo Roy bertugas di paroki. Bagaimana konsep pelayanan paroki di sana  ?

Pertama: konsep pelayana parokial mereka agar khas. Saya bisa menyebutnya. Paroki adalah pusat pastoral untuk beberapa paroki yang menaunginya. Paroki utama merancang tugas-tugas pastoral di setiap paroki yang dikuasainya. Jadwal misa, pelayanan Sakramen, dan kegiatan harian paroki diatur bersama di Paroki Pusat. Meskipun demikian, tiap paroki itu tetap otonom. Dewan Paroki dan keuangan Paroki diatur pada masing-masing paroki.

Kedua: Pembagian tugas yang jelas. Setiap karya pastoral Paroki dikemudikan oleh orang yang secara khusus (sesuai kapasitas dan profesionalitasnya). Dia bertanggung jawab untuk menghendel dan merumuskan program-program, mengevaluasinya dan merancangnya. Misalnya: Imam bertanggung jawab penuh pada pelayanan Sakramen. Katekese dan pengajaran di sekolah dipercayakan  kepada para Guru Agama Katolik. Ibadat non Sakramental atau tanpa Imam dijalankan oleh para Katekis (Teolog).

Lebih lanjut, sebelum saya mengambil fungsi dan tugas di Paroki, saya mengikuti Kursus Pastoral. Kursus berlangsung dua tahun, Juni 2021 hingga Juni 2023. Tentu ini pengalaman yang baru dan sekaligus menantang buat saya, karena faktor keterbatasan bahasa. Lebih tepatnya saya katakan kursus itu seperti mengikuti kuliah. Yang mengajar adalah para Dosen dari Universitas Luzern. Di akhir tahun kedua, kami juga harus menyelesaikan tugas dalam bentuk tulisan atau penelitian. Tapi melalui Kursus atau Diklat ini, saya justru lebih mendapatkan banyak hal positif. Melalui diskusi dengan para Teolog dan Katekis dalam kursus ini, saya pelan pelan mengenal gambaran kultur masyarakat dan Gereja di keuskupan Basel. Kemudian, melalui kursus ini pula, secara legal / aturan keukskupan, saya dapat memdampingi karya karya lain selain misa. Misalnya: pendampingan orang muda, pendampingan anak-anak Misdinar, karya Diakonia (bersama para Migran- ini saya lakukan bersama para Suster dan Imam Scalabrini), pendampingan pada orang-orang tua di Panti Jompo atau di Rumah, Konseling diluar sakramen pengakuan, pendamping untuk para Katekumen. Dalam tuntutan pelayanan-pelayanan ini, kursus ini menjadi penting, karena kami dibantu untuk memahami kebutuhan psikologi setiap orang atau kelompok orang. Dalam kursus ini misalnya, kami mengenal perkembangan psikologi anak, remaja dan orang tua.  

KIP Bagaimana pertama kali romo datang ke sana apa kesulitan dan bagaimana situasi sekarang

RR:  Kesulitan pertama adala  Perbedaan Kultur dalam hal ini mencakup bahasa, cuaca, makan, serta «sikap, ekspresi, temperament» orang di sini, cukup menantang. Saya ingat, saya tiba diawal musim dingin. Itu tidak mudah untuk hidup dicuaca bersalju dan dibawah minus 3. Satu kali saja senang karena liat salju dan foto di tengah salju, setelah itu,hampir tidak lagi. Hahahahaa [ketawa]

* Kedua,yang tidak kalah sulit juga adalah bahasa. Di tempat saya bekerja, orang menggunakan bahasa Jerman. Sementara beberapa wilayah di swiss, mereka menggunakan juga bahasa Perancis, Italia dan Retoromanis (Latin). Untuk memperbaiki kemampuan bahasa ini, saya melanjutkan kursus bahasa Jerman di Solothurn. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah: komunikasi harian dengan setiap orang. Di komunitas pendampingan saya, saya menyampaikan harapan saya agar mereka membantu perkembangan bahasa Jerman. Pastor Paroki dan semua rekan-rekan kerja di kantor sangat membantu untuk tujuan tersebut.

*. Ketiga, Kultur dalam Gereja. Mereka menyebutnya Dual Sistem. Perjalanan Gereja diatur bersama oleh Dewan Paroki dan Keuskupan, dalam hal ini imam. Setiap Depertement(  atau dalam Bahasa keuskupan di Indonesia, disebut komisi ) dalam Gereja memiliki kuasa yang diatur oleh hukum Gereja. Demikian pula tugas mereka. Ada Dewan Keuangan, Dewan Paroki, dll..yang semuanya menjalankan tugas dan menentukan arah perjalanan Gereja. Imam di sini tidak mengurus uang, itu contoh yang paling utama. Imam menjadi bagian (juga-tidak wajib) dalam pelaksanaan tugas Dewan. Imam bertanggung penuh hanya pada keberlangsungan sakramen.

*Keempat .Teolog dan Katekis bisa berkotbah. Ini diperbolehkan di keukspan Basel. Kesetaraan tugas dan tanggung jawab sangat ditekankan. Maka katekis yang perempuan juga, dapat berkotbah di dalam misa. Saya sebagai seorang imam harus bisa berkotbah  seperti mereka.

* Keempat, Tipikal orang Solothurn. Pergaulan antara masyarakat lokal dengan orang asing membutuhkan waktu. Orang Eropa lainnya, seperti orang Italia, Kroatia, Portugal, juga mengalami hal yang sama. Maka penting untuk orang asing adalah penyesuaian dan pengenalan budaya orng swiss. Itu berkaitan dengan: misalnya ketepatan waktu, membuat janji untuk setiap kegiatan (menghindari yang bersifat spontan), memberikan  kepastian atas sebuah rencana, kemampuan untuk menerima dan memberikan Kritik). Saya merasa, ketika orang asing sudah bisa berintegrasi dengan budaya orang Swiss, perkenalan itu tidak akan mudah diputuskan. Membangun kepercayaan, bisa saya formulasikan, sebagia hal yang penting dalam proses integasi budaya.

*selama berjalannya waktu berkarya di tahun yang ke-3 ini, kepercayaan dari umat itu sudah saya miliki. Saya bersyukur bahwa bisa mengambil bagian dalam pengalaman khusus ini. 

Penulis : Tim Redaksi

Berita Terkait

Pernyataan AJI Terkait Pemotongan Anggaran Operasional Lembaga Penyiaran Publik
Ternyata di Dunia Ini Masih Ada Orang Jujur
Pernyataan Sikap JPIC OFM Indonesia; Hentikan Kekerasan Terhadap Masyarakat Adat Poco Leok dan Copot Kapolres Manggarai
Menagih Janji Bupati Nabit
Forum Jurnalis NTT untuk Reformasi Mendesak DPR RI Hentikan Pembahasan RUU Penyiaran
Kondisi Jalan di Manggarai NTT Bak Sungai, Warga Curhat ke Facebook
Nany Afrida dan Bayu Wardhana Terpilih Sebagai Ketum dan Sekjen AJI 2024-2027
Puisi: Hatimu Mulia ( Mengenang Rm Beny Jaya)

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 10:48 WITA

Pernyataan AJI Terkait Pemotongan Anggaran Operasional Lembaga Penyiaran Publik

Minggu, 24 November 2024 - 22:10 WITA

Ternyata di Dunia Ini Masih Ada Orang Jujur

Rabu, 2 Oktober 2024 - 20:50 WITA

Pernyataan Sikap JPIC OFM Indonesia; Hentikan Kekerasan Terhadap Masyarakat Adat Poco Leok dan Copot Kapolres Manggarai

Minggu, 14 Juli 2024 - 10:03 WITA

Menagih Janji Bupati Nabit

Jumat, 7 Juni 2024 - 16:52 WITA

Forum Jurnalis NTT untuk Reformasi Mendesak DPR RI Hentikan Pembahasan RUU Penyiaran

Sabtu, 11 Mei 2024 - 09:35 WITA

Kondisi Jalan di Manggarai NTT Bak Sungai, Warga Curhat ke Facebook

Selasa, 7 Mei 2024 - 18:55 WITA

Nany Afrida dan Bayu Wardhana Terpilih Sebagai Ketum dan Sekjen AJI 2024-2027

Kamis, 18 April 2024 - 23:36 WITA

Puisi: Hatimu Mulia ( Mengenang Rm Beny Jaya)

Berita Terbaru

ilustrasi foto Klab Malam, foto; ist

klab malam

Klab Malam Menjamur di Labuan Bajo, Berijin Hanya 1

Senin, 17 Mar 2025 - 19:09 WITA

Kondisi jalan di Dusun Pelas, Desa Timbu, Kecamatan Cibal Barat yang terputus total

Daerah

Jalan Putus Diabaikan, PUPR dan BPBD Manggarai Cuma Bualan

Minggu, 16 Mar 2025 - 20:11 WITA

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kabupaten Manggarai Barat, Maria Imaculata Etrus Babur  didampingi sekertaris Yohanes Rinaldo Gampur dan staf tim pelayanan perijinan Marselinus Siam Taku

Pariwisata-budaya

Manggarai Barat Miliki 66 Usaha Hiburan,  Hanya 1 Klab Malam

Kamis, 13 Mar 2025 - 17:35 WITA