RUTENG, Komodo Indonesia Post –
“Jangankan untuk infrastruktur jalan, air dan listrik saja belum dipenuhi,”
Pagi itu, Sabtu, [13/7] seperti biasa Anjel selalu mengecek isi cerigen dan beberapa ember hingga baskom di dapur rumahnya. Menimba air adalah pekerjaan utama bocah 8 tahun itu.
Tidak menunggu perintah sang Ibu, Anjel mengambil sejumlah cerigen kosong dan beranjak menimba air. Jarak antara rumah dan tempat timba air cukup jauh, membuat Anjel terkadang putus asa.
Hal itu memang tak hanya dialami oleh Anjel, tatapi juga dialami oleh bocah lain di kampung Kalo, desa Lentang kecamatan Lelak kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur.
Air memang menjadi kebutuhan pokok bagi manusia. Namun, bagi Anjel dan warga sekampungnya cukup sulit untuk memenuhinya.
Dimusim kemarau ini, Anjel makin susah. Jarak tempat timba air yang jauh harus diperparah dengan debit air yang sangat kecil, membuat Anjel harus menunggu lama agar cerigen cerigennya terisi penuh. Aksi berebutan antara Anjel dan teman temannya pun tak terelakan. Tak jarang, Anjel harus menunggu temannya yang lebih tua mengisi jerigennya penuh, baru Anjel mendapatkan kesempatan.
Kesedihan itu sudah dialami oleh warga kampung Kalo sejak dulu. Meski seringkali dibicarakan dalam forum musyawarah di tingkat desa. Bahkan, hal pilu itu pernah langsung disampaikan ke bupati.

Pada masa pemerintahan bupati [alm] Deno Kamelus, sempat ada pengerjaan di hulu. Sebuah alat berat diturunkan. Namun, setelah Deno Kamelus tak terpilih lagi, proyek tersebut tidak dilanjutkan.
Pada awal tahun 2021 lalu, setelah Hery Nabit dan Hery Ngabut dilantik menjadi bupati dan wakil bupati Manggarai, sejumlah tokoh adat kampung Kalo mendatangi bupati Hery Nabit di kantornya di Ruteng.
Kedatangan sejumlah tokoh adat dari kampung Kalo itu disambut hangat oleh Hery Nabit.
Mereka yang mendatangi Hery Nabit adalah Kristoforus Jebaut [Tua Gendang Kalo] Donatus Dapung [Tua Golo/Beo], Bernadus Bangkur, Donatus Obat, Anselmus Jewarut, Sakarias Nani.
Kristoforus Jebaut, kepada Komodo Indonesia Post menceritakan kunjungannya dan sejumlah tokoh adat.
Kata Kristo, bupati Hery menyambut kunjungan itu dengan hangat. “Dia [Hery Nabit] menyambut kami dengan baik Pa,” kata Kristo.
Dalam kunjungan itu, jelas Kristo, dia menceritakan “kesengsaraan” yang dialami warga kampung Kalo.
Hery Nabit, kata Kristo menjanjikan akan mengamini permintaan sejumlah tokoh adat kampung Kalo. “Io [ia] Bapa nanti akan dikerjakan,” tutur Kristo menirukan ucapan Hery Nabit.
Menagih Janji Bupati Nabit
Warga kampung Kalo itu menagih janji bupati Hery Nabit.
“Kami menunggu bupati Hery Nabit memenuhi janjinya,” ucap Kristo kepada Komodo Indonesia Post. Jumat, [12/7].
Kristo menuturkan, kampung Kalo seperti dilupakan oleh pemerintah. “Jangankan untuk infrastruktur jalan, air dan listrik saja belum dipenuhi,” pungkasnya.
Dalam pertemuan pada awal 2021 lalu itu, Warga kampung kalo juga turut meminta jaringan listrik.
Hery Nabit, kata Krsito berjanji akan memenuhi kebutuhan warga kampung Kalo. Namun, hingga saat ini, Hery Nabit belum juga memenuhi janjinya.
Kristo dan warga kampung Kalo berharap bupati Hery Nabit dapat memenuhi janjinya dalam akhir masa jabatannya.
Sementara itu, bupati Nabit yang dikonfirmasi media ini pada Jumat, [12/7] malam tidak menjawab.
Hingga berita ini dinaikkan, bupati Nabit tidak terkonfirmasi.
Penulis : Ven Darung