LABUAN BAJO, Komodo Indonesia Post-Abdul Rasyid Ibrahim [70] warga Kampung Baru, Dusun Rengge, Desa Bari, Kecamatan Macang Pacar kabupaten Manggarai Barat, pagi itu, Kamis, 21 november, dengan mata masih terkatup katup, ia mengangkat kepalanya dari bantal.
Anak perempuannya membangungkan laki laki yang sudah lanjut usia itu dari tidurnya.
Di pintu rumahnya, seorang Laki laki berdiri tegak. Mengetuk ngetuk pintu seraya mengucap salam.
“Asalamualaikum, selamat pagi,” ucap Laki laki itu di balik pintu.
Setelah dipersilakan masuk, Ibrahim yang akrab dengan suara itu mengangkat badanya meninggalkan kamar kecil berukuran 2×3 meter itu.
“Assalamualaikum, selamat pagi,” ucap Ibrahim menjawab salam Laki laki itu.
Laki laki itu adalah Andi Mama, salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah [DPRD] kabupaten Manggarai Barat periode 2024- 2029.
Andi adalah anggota DPRD dari Partai Keadilan Sejahtera [PKS] yang terpilih pada pemilihan Legislatif, 16 Februari lalu dari Daerah Pemilihan [Dapil] 2.
Ibrahim yang dikenal tak banyak bicara itu, tak tahu harus memulai pembicaraan itu dari mana.
Andi membuka pembicaraan pada pagi itu dengan mengungkapkan kekuatan paket Edi Weng, salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati Manggarai Barat pada kontestasi politik pemilihan bupati dan wakil bupati 27 november mendatang.
“Kita punya kekuatan di sini mau hampir 700,” ucap Ibrahim menirukan pernyataan Andi.
Setelah sekian menit bicara tentang paket Edi Weng, Andi meminta untuk pamitan. Dari kantongnya, ia merogoh sejumlah uang dengan pecahan Rp. 50 ribu.
Andi kemudian menyimpan uang itu persis di bawah dulang.
Di depan rumah, ketika cucu Ibrahim hendak ke sekolah, Andi kemudian memanggilnya, lalu diberikannya uang Rp. 100 ribu.
Jasmi, istri Ibrahim yang hendak mengangkat gelas di dulang, kaget saat melihat seonggok uang pecahan Rp. 50 ribu tergeletak di bawah dulang.
“Uang apa ini Bapa?, ” tanya Istri Ibrahim.
“Saya tidak tahu,” jawab Ibrahim.
Ibrahim dan istrinya seketika itu panik karena takut uang itu sarat akan politik.
Ibrahim kemudian memastikan nominal uang tersebut. Setelah dihitung, uang tersebut berjumlah Rp. 400 ribu.
Ibrahim dan istrinya kemudian mengemas uang tersebut dan menyimpannya dalam kantong plastik, lalu diisi dalam tas kecil.
Hal itu dilakukan oleh Ibrahim dan istri karena takut cucunya mengambil uang tersebut.
“Kemudian saya cerita ke ibu, uang ini jangan kasih kurang,” ungkap Ibrahim.
Ibrahim mengungkapkan bahwa setelah Pileg, Andi tak pernah muncul lagi. Andi juga kata Ibrahim, tak pernah memberikan sepeser uang kepada keluarga Ibrahim.
Merasa uang tersebut diduga sebagai politik uang yang dilakukan Andi Mama, Abdul Rasid Ibrahim berencana untuk mengembalikan uang tersebut.
“Rencananya saya mau kasih kembalikan. Tapi bagaimana nantinya saya kembalikan ini uang lewat siapa. Lewat dia saya merasa tidak enak gitu,” ujarnya.
Ibrahim dikenal sosok pekerja keras dan taat Sholat
Husein, salah satu warga Bari menceritakan keseharian Ibrahim.
Dalam pengamatan Husein, Ibrahim adalah salah satu tokoh teladan di kampung itu.
Kata Husein, aktivitas Ibrahim hanya rumah, kebun dan Mushola.
“Dia [Ibrahim] itu selalu ada di kebun Pa, urus kebun sama sapi. Dia paling taat Sholat. Rumahnya juga di dekat Mushola,” ungkap Husein.
Husein menambahkan bahwa Ibrahim dikenal sebagai sosok yang pendiam dan jujur.
“Orangnya itu pendiam pa. Jujur orangnya,” lanjut Husein.
Husein pun merasa kagum atas sikap Ibrahim yang memilih mengembalikan uang yang diduga sarat akan politik itu.
“Kami bangga dan kagum Pa sama dia [Ibrahim], satu satunya orang yang menolak uang politik seperti itu,” pungkas Husein.
Sementara itu, Ibrahim yang menceritakan pristiwa itu kepada awak media, tak bosan bosannya ia memandang foto keponakannya yang menggunakan seragam Loren AD.
Ibrahim yang sudah lanjut usia tak punya secarik pengetahuan untuk melakukan aduan kepada Bawaslu terkait peristiwa tersebut. Namun, ia berharap dengan informasi yang disebarkan melalui media, Bawaslu segera mengambil tindakan.
Penulis : Ven Darung