
LABUAN BAJO, Komodoindonesiapost.com – Dugaan adanya upaya para mafia tanah di Labuan Bajo untuk merampas tanah milik masyarakat di ulayat Mbehal, Kecamatan Boleng, Manggarai Barat, Flores – NTT mendapat perlawanan dari masyarakat ulayat Mbehal.
Ditemui di Labuan Bajo pada Rabu, 21 Mei 2025, salah satu masyarakat ulayat Mbehal Bonaventura Abunawan selaku ulayat Mbehal membongkar soal adanya dugaan praktik para mafia tanah yang berupaya untuk merampas tanah milik masyarakat di Ulayat Mbehal.
Ia menjelaskan bahwa upaya para mafia tanah untuk menyingkirkan masyarakat ulayat Mbehal dari kepemilikan tanah di Merot sebenarnya sudah dimulai sejak 22 Agustus 2022 melalui Alo Sabat.
“Saya mau ceritakan masuknya Alo Sabat orang terlaing di kebunya orang Mbehal di Merot sekitar tanggal 22 Agustus 2022. Alo Sabat bersama sejumlah orang namanya Lon dari Tebedo bersama sejumlah orang yang tidak dikenal masuk di kebun (milik) warga kami di Merot pada 22 Agustus 2022,” ujar Bonaventura Abunawan.
Dia menjelaskan bahwa masuknya orang yang bukan berasal dari ulayat Mbehal ini ke lokasi tanah milik masyarakat Mbehal sesungguhnya hanya ingin memancing keributan sehingga terjadilah konflik. Jika terjadi konflik, dengan demikian masyarakat Mbehal sebagai pemilik sah tanah yang berjaga di lokasi kemudian ditangkap dengan tuduhan sebagai pemicu konflik. Masyarakat Mbehal sengaja ditakut takuti agar bisa meninggalkan lokasi. Sehingga tanah yang dikasih tinggal kemudian bisa dikuasai oleh pihak yang ingin menguasai lokasi tanah di Merot.
Masyarakat Mbehal yang sudah mencium adanya skenario terselubung dari para mafia tanah di Labuan Bajo kemudian melaporkan peristiwa tersebut ke Desa Tanjung Boleng dan Babinsa setempat.
“Saat rombongan Alo Sabat masuk ke lokasi tanah ulayat orang Mbehal di Merot, Kepala Desa dan Babinsa Desa Tanjung Boleng bersama masyarakar adat ulayat Mbehal dan satu Intel dari TNI juga masuk ke lokasi. Alo Sabat ini tidak mau keluar pada malam itu. Karena dia (merasa) dikawal oleh sejumlah orang tertentu yang tidal dikenal,” ujarnya.
Beberapa hari kemudian, Alo Sabat dan kawan kawan ini membuat pondok diatas tanah milik orang Mbehal. “Padahal Lokasi tanah itu tanah (milik) kami orang Mbehal. Sudah ada kebun pisangnya,” ujarnya.
Kemudian beberapa hari setelah para mafia ini bangun pondok di atas tanah milik orang Mbehal, terjadilah perdebatan dengan orang Mbehal. Perdebatan dilokasi ini kemudian dijadikan momen oleh mafia tanah ini sebagai peluang untuk menjerat orang Mbehal dengan tuduhan “adanya intimidasi”.
“Warga saya mengusir Alo Sabat dan kawan kawan dengan beberapa orang yang ingin menguasai tanah kami. Lalu tiba tiba beberapa hari kemudian warga saya dipanggil oleh polisi (dari Polres Mabar). Panggilan ini katanya, warga saya dituduh mengancam Alo Sabat dan kawan kawan. Padahal tidak pernah mengancam mereka. Setelah ditunjukan videonya tidak ada mengancamnya ya karena memang tidak ada mengancanmnya,” ujar Bona.
Menurut Bona bahwa Alo Sabat ini mengaku disuruh oleh Aleks Hata untuk menduduki lokasi tanah milik masyarakat ulayat Mbehal di Merot. Meski diketahui bahwa Alo Sabat ini ada masyarakat Nterlaing. Sementara Aleks Hata adalah masyarakat Tebedo.
“Saya suruh Alo Sabat kau panggil Aleks Hata karena kau bilang disuruh sama Aleks Hata untuk masuk ke lokasi. Aleks Hata ini orang yang mengaku ngaku ulayat Mbehal Tebedo. Padahal ada pernyataannya Aleks Hata (secara tertulis) bahwa tidak ada ulayat Nterlaing dan tidak ada ulayat Tebedo. Yang ada hanya ulayat Mbehal,” Ujarnya.
Muncul nama Ardi Dahim yang diduga membantu Logistik untuk Alo Sabat
Menariknya, Bona juga mengungkapkan bahwa selama Alo Sabat menduduki lokasi tanah milik masyarakat ulayat Mbehal di Merot, ada pihak lain bernama Ardi Dahim yang dugaanya mendukung logistik. Ardi Dahim diduga berperan untuk membantu beras, makanan, dan air untuk kebutuhan Alo Sabat agar betah dilokasi untuk tetap menduduk lokasi tanah ulayat Mbehal di Merot.
“Alo Sabat hanya disuruh datang untuk tinggal. Dan menurut dugaan kami bahwa Alo Sabat ini hanya sengaja diumpan untuk pancing konflik. Tapi warga saya tidak mau (tidak terpancing),” ujarnya.
Bona juga menjelaskan bahwa Ardi Dahim pernah mendatangi lokasi dengan menggunakan Mobil POM Angkatan Laut pada April 2022 lalu. Kadatangan Ardi Dahim dengan mobil milik TNI dari POM Angkatan Laut ini direkam oleh masyarakat ulayat Mbehal yang berjaga dilokasi.
Kedatangan Ardi Dahim dengan menggunakan mobil POM Angkatan Laut ini datang ke lokasi dan masuk ke pondok Alo Sabat dan bertemu dengan Alo Sabat.
Terkait pengerahan mobil milik TNI dari POM Angkatan Laut ini sudah dikonfirmasi oleh Bona Ventura kepada Komdan POM pada saat itu, dan oleh Komdan POM menjelaskam bahwa pengerahan mobil milik angkatan laut ke lokasi itu tanpa sepengetahuan atasan. Kemudian pada Tanggal 04 Mei 2025, Ardi Dahim juga datang menemui Alo sabat di Pondok lokasi tanah Merot di Mbehal.
Bonaventura menjelaskan bahwa nekatnya Alo Sabat untuk menduduki lokasi tanah ulayat milik orang Mbehal di Merot dicurigai adanya peran para mafia tanah yang ingin merampok tanah milik masyarakat Mbehal di Merot.
