
LABUAN BAJO, Komodoindonesiapost.com – Proyek irigasi yang baru dikerjakan di Desa Tiwu Nampar, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, mengalamai kerusakan. Hal tersebut disampaikan Daniel beberapa waktu lalu saat dijumpai di Tiwu Nampar.
Daniel menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur irigasi ini awalnya menjadi harapan masyarakat untuk meningkatkan semangat bertani masyarakat setempat. Namun, harapan itu pupus setelah melihat kualitas proyek yang tidak bermutu.
“Awalnyakan kita senang karena kita piki bahwa karena ada irigasi ya sawah kita bisa dikerjakan kembali. Eh tau taunya jauh dari harapan,” ujarnya.
Menurut Daniel, bahwa proyek ini baru saja dikerjakan 3 tahun lalu dengan menelan anggaran 2.5 Milyar.
“Kalau tidak salah pak itu anggaranbya 2.5 Milyard tapi kok udah pecah,” ujarnya.
Senada dengan Daniel, AR juga menyampaikan hal yang sama. AR yang meminta namanya diinisialkan menjelaskan bahwa proyek irigasi sesungguhnya merupakan upaya pemerintah dalam rangka mendukung produktivitas dalam sektor pertanian.
Dengan jaringan irigasi yang dibangun secara masif tentunya membawa harapan besar bagi petani. Kondisi tersebut berbeda dengan harapan masyarakat/petani di desa Tiwu Nampar.
Kata dia, pembangunan irigasi oleh pemerintah daerah justru membuat aktivitas pertanian semakin susah. Bagaimana tidak, irigasi yang dibangun pada tahun anggaran 2021 menelan anggaran 2.5 Milyar namun kondisinya sekarang sangat prihatin. Tidak hanya itu, irigasi yang dibangun tidak memberikan efek yang signifikan bagi petani.
Kepada media, petani AR mengeluh soal debit air yang kurang pasca pembangunan irigasi.
“Kami sesal sekali dengan proyek ini, bukannya meningkatkan debit air malah mengurangi debit air ke sawah. Bikin habis uang negara saja proyek yang begini Pak,” ujarnya.
AR menyinggung perencanaan proyek yang tidak efektif.
“Kami butuh peningkatan irigasi disini Pak, namun harus direncanakan dengan baik. Artinya proses penjaringan air itu mulai dari hulu ke hilir. Lihat saja kondisinya di Lapangan, air dari sungai tidak full masuk ke saluran. Lalu dibagian bawah juga bermasalah, tanggul yang dibangun sudah hangus terseret air. Itu kan uang semua, dibuang cuma – cuma,” jelas AR
Tidak hanya AR, petani lain ASF juga kesal dengan kondisi irigasi tersebut. “Dulu kami sempat protes Pak, yang kerja waktu itu mengaku Oknum Kepala Desa di Lembor VT. Dia VT orang suruhan Ibu Lisa adik ipar dr. Weng. Karena beliau singgung nama wakil bupati akhirnya kami takut,” ujar ASF.
Seperti diketahui, tahun anggaran 2021 Dinas Pekerjaan Umum dan Penatan Ruang Kab. Manggarai Barat menggelontorkan anggaran senilai 2.5 Milyar untuk bangun irigasi di Desa Tiwu Nampar seluas 200 Ha. Pasca pembangunan irigasi yang dikerjakan oleh CV Delta Flores tersebut menuai keluhan dari petani, hal itu dipicu oleh kualitas pembangunan yang buruk.
Baik AR, AS dan Daniel berharap aparat penegak hukum agar melakukan penyelidikan kasus ini.
“Apalagi tahun kemarin itukan ada penahanan kasus pembangunan di bukit perkemahan pramuka di Mbuhung. Kita harap ini juga diperiksalah pak,” ujar Daniel dkk
