BORONG, Komodoindonesiapost.com – Jarum jam menunjukan pukul 15. 25 Wita. Hari itu hari Minggu tanggal 14 Januari 2024. Cuaca begitu cerah. Langit di Manggarai Timur melukiskan gegap gempit dan riuhnya musik kampanye politik pileg yang mondar mandir keliling kota Borong. Keluar masuk kampung dan dari desa ke desa menebar janji dan visi-misi.
Pada hari itu, wartawan komodoindonesiapost.com yang datang dari Labuan Bajo menyambangi salah satu rumah tak lauak huni dan sudah reot milik Ibu Sobina Jahul (84) di Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Flores-NTT.
Lokasi rumah milik Nenek Sobina Jahul, jarak sekitar 1 kilo meter dari kantor Polres Manggarai Timur jalur menuju kantor Bupati. Rumah itu pas disisi kiri jalan.
Wartawan komodoindonesia.post.com di Labuan Bajo yang mendapat informasi bahwa ada salah satu lansia yang tinggal di rumah reot dan tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat, langsung menyambanginya.
Dari kejauhan tampak rumah reot milik Sobina Jahul sangat nampak jelas dari jalan raya. Nenek Sobina Jahul sedang duduk dilantai rumahnya dengan mengipas menggunakan kain. Ia begitu merasakan cuaca panas meski berada dalam rumah.
Ia menyapa wartawan komodoindonesiapost.com yang sambangi rumahnya dengan suara yang begitu jelas. Indra pendengarannya masih oke. Saat wartawan media ini mewawancarainya, ia mampu berbicara dengan baik. Menjelaskan kisah piluhnya. Bagaimana tidak, Nenek Sobina Jahul sudah puluhan tahun ia tinggal di rumah reot yang sudah lapuk.
Kepada wartawan Komodoindonesiapost.com yang menyambangi rumahnya pada Minggu, 14 Januari 2024 menceritakan bahwa dirinya sudah lama tinggal di rumah reotnya dengan segala keterbatasan. Meski begitu, ia tidak pernah berhenti berharap agar suatu saat nanti pemerintah kabupaten Manggarai Timur bisa memberikan perhatian kepadanya.
Dalam kisahnya kepada wartawan komodoindonesiapost.com, Nenek Sobina menceritakan bahwa saat musim hujan tiba, air hujan bisa masuk kedalam rumahnya lewat celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Bahkan tempat tidurnya yang mepet dengan dinding rumah tak luput dari percikan air hujan. Dinding inipun sudah lapuk. Pun pada musim kemerau ia harus merasakan cuaca panas. Kondisi rumah yang sangat kecil dengan lebar 5 meter dan panjang 5 meter melengkap penderitaanya. Jarak antara lantai dan atap sangat dekat.
Dikala politisi Manggarai Timur sedang menikmati musim politik dengan menebar janji manis dan para Caleg sedang sumringah menebar janji manis, sayangnya masih ada masyarakat seperti Nenek Sobina Jahul yang berjibaku untuk mempertahankan hidupnya dengan tinggal dirumah reot.
Kepada komodoindonesiapost.com, Nenek Sobina mengaku bahwa dirinya tak pernah diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Manggarain Timur. Ia juga tidak pernah mendapatkan bantuan dari Desa setempat dikala masyarakat yang lain menari dengan gembira saat mendapatkan bantuan berkali kali dari Desa dan Pemkab Matim.
Halaman : 1 2 Selanjutnya