“Itu juga tanda bahwa dia sudah kehilangan wawasan etika dasarnya tentang jabatan sebagai presiden bahwa kekuasaan yang dia miliki bukan untuk melayani diri sendiri, melainkan melayani seluruh masyarakat,” lanjutnya.
5. Manipulasi-manipulasi dalam pemilu yang jelas
Romo Magnis bilang kalau proses pemilu dimanipulasi itu merupakan pelanggaran etika berat. Ini karena merupakan pembongkaran hakekat demokrasi.
“Misalnya waktu untuk memilih diubah atau perhitungan suara dilakukan dengan cara yang tidak semestinya. Praktik semacam itu memungkinkan kecurangan terjadi yang sama dengan sabotase pemilihan rakyat. Jadi suatu pelanggaran etika yang berat,” ujar Romo Magnis.
Sementara itu, kuasa Hukum tim Prabowo Gibran, Hotman Paris mempertanyakan keterangan Romo Magnis yang menyebut Presiden Jokowi seperti pencuri.
“Tadi Romo mengatakan bahwa presiden seperti pencuri di kantor ngambil duit dibagi-bagikan. Presiden mengambil uang bansos untuk dibagi-bagikan. Apakah romo mengetahui bahwa bansos yang dibagikan itu sudah ada datanya berdasarkan DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) dan PPPKE (Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem),” tanya Hotman.
Lebih lanjut, Hotman mengatakan data penduduk penerima bansos sudah ada. Presiden hanya simbolik membagikan bansos di awal sesuai data yang sudah ada di kementerian masing-masing.
“Selanjutnya dilanjutkan kementeriannya. Jadi presiden tidak pernah membagikan bansos di luar. Data yang sudah ada data DTKS dan PPPKE,” kata Hotman.
“Dari mana Pak Romo Franz Magnis] tahu bahwa presiden itu seolah mencuri dari uang bansos untuk dibagi-bagikan padahal Pak Romo tidak tahu praktik pembagian data itu sudah ada lengkapnya,” lanjutnya.
Hadirnya Romo Magnis sebagai salah satu saksi ahli yang diajukan tim Ganjar Mahfud itu membuat atensi publik makin memuncak.
Salah satunya adalah anggota DPR RI, Dr. Benny Kabur Harman.
Benny Kabur Harman atau BKH dalam cuitan twitternya pada Selasa, [2/4] malam mengakui bahwa dirinya kembali [dibuat] membaca buku karya Romo Magnis.
“Usai nonton keterangan Prof Dr Franz Magnis Suseno di sidang MK, saya baca lagi bukunya ttg 13 tokoh etika ternama dlm sejarah filsafat dunia sejak zaman Yunani hingga akhir abad ke-19, dari rajanya para filsuf Plato hingga Nietzsche, sang nabi nihilisme abad ini,” tulis Waketum Demokrat itu.
Sebelumnya, pada Senin, [1/4] BKH dalam cuitannya di X [twitter] menuliskan bahwa dirinya mengikuti proses persidangan PHPU di MK dengan serius.
“Saya hari2 ini mencermati dgn sangat serius proses persidangan PHPU di MK. Saya menangkap ada suasana yg begitu kental bahwa para hakim MK ingin mengembalikan wibawa institusi MK sehingga mereka sangat hati2 namun cermat dan terarah dlm menyidangkan kasus ini. Seperti apa endingnya, mari terus kita ikuti secara seksama. Terpenting kita semua berdoa agar para hakim MK tetap sehat, tegar, dan jaga martabat utk Indonesia maju, utk rakyat bahagia,” tulis anggota DPR RI 5 Periode itu.
Penulis : Ven Darung
Halaman : 1 2