Warga Poco Leok Menilai Aksi Aparat Kepolisian adalah Terencana dan Didanai

- Editor

Selasa, 8 Oktober 2024 - 10:03 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Satgas anti kekerasan terhadap wartawan Dewan Pers, Eric Tanjung bersama tim Floresa dan warga Poco Leok korban penganiayaan aparat. Foto: KIP

Satgas anti kekerasan terhadap wartawan Dewan Pers, Eric Tanjung bersama tim Floresa dan warga Poco Leok korban penganiayaan aparat. Foto: KIP

LABUAN BAJO, Komodo Indonesia Post – Warga Poco Leok menilai tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian resor Manggarai adalah aksi yang terencana dan didanai.

Hal itu dikatakan Agustinus Tuju, salah satu warga Poco Leok yang menjadi korban penangkapan aparat pada saat melakukan aksi menolak geothermal di Poco Leok.

Agustinus menuturkan sejak proyek andalan presiden Jokowi itu hadir, aktivitas mereka sebagai petani jadi terganggu.

“Yang kami alami di Poco Leok, sejak proyek geotermal masuk ke Poco Leok, aktivitas para petani sudah terganggu. Kedua, nilai adat dan budaya di Poco Leok sudah mulai rancu karena masuknya proyek geotermal tidak melibatkan tokoh atau tua adat. Mereka mengambil tanah rakyat secara paksa, tanpa melibatkan tua gendang yang memberikan tanah itu kepada warga,” ungkap Agustinus saat jumpa pers di Labuan Bajo. Senin, [7/10] siang.

Karena itu, kata Agustinus, dirinya dan warga Poco Leok terus melakukan aksi jaga kampung, juga menjaga nilai budaya yang ada di Poco Leok selama 26 kali.

“Dalam proses jaga kampung ini, kami sering diintimidasi oleh aparat kepolisian, tentara dan Pol PP. Kami mau tanya kepada perusahaan, tetapi yang jawab malahan aparat keamanan.
Kemudian, ibu-ibu merasa terganggu karena aparat dan petugas pertanahan membuat kondisi seolah ada perang karena pasukan banyak dan berseragam lengkap.
Pada tanggal 2 Oktober, mereka datang, polisi bilang, kamu jangan menghalang-halangi petugas.
Mereka bilang, yang dikedepankan oleh polisi itu adalah komunikasi,” jelas Agustinus.

Baca Juga :   Proyek Renovasi Irigasi Wae Cewo Bakal Kena Denda Pinalti

Lebih lanjut dia menjelaskan para aparat mengatakan mereka adalah representasi negara.

“Kami mencari tahu, siapa yang bawa mereka ke sana? apakah perusahaan? dan mereka {polisi} tidak kasih tahu siapa yang bawa mereka,” lanjutnya.

“Kami tidak pernah menghalangi bapak jalan, tetapi tidak mengizinkan identifikasi lahan karena kami tidak mengizinkan tanah kami dijual, karena ada satu nilai di Poco Leok, yakni lampek lima, Mbaru, Mata Air, Kuburan, juga tempat ritus tertentu yang tidak bisa dipisahkan. Itu tidak bisa dialihfungsikan. Kalau satunya dialihfungsikan, maka nilai adat Poco Leok tidak ada nilainya lagi,” cerita Agus.

Kata Agustinus, apa yang ia dan warga Poco Leok lakukan pada tanggal 2 oktober itu adalah dalam rangka kami menjaga nilai-nilai ini.

“Aparat bilang kepada kami bahwa mereka akan melakukan upaya paksa. Lalu kami tanyakan, apakah pemaksaan itu bukan pelanggaran?,” beber Agustinus.

Para aparat, kata Agustinus melakukan aksi frontal, mendorong para warga, termasuk perempuan.

“Mereka [aparat] pukul dan cekik.
Mereka mendorong salah seorang warga, lalu saya bantu, dan ada yang tolak saya dari belakang hingga terjatuh,” ungkapnya.

Setelah itu, lanjut Agustinus, sementara ia berjalan, para aparat menangkapnya dari belakang.

Baca Juga :   Bapenda Mabar "sita" Dokumen Restoran VIP

Mereka [aparat] menangkap saya dari belakang, dan ada satu polisi yang berteriak “tangkap dia itu”. Akhirnya saya ditangkap, diseret, dimasukkan dalam mobil. Itulah mengapa saya ada dalam mobil polisi tanggal 2 itu,” ujar Agustinus.

Agustinus menilai apa yang dilakukan para aparat sudah terencana.

Kata dia, para aparat mau memanfaatkan dana yang besar dari Bank KfW.

“Kami berpikir bahwa tidak mungkin tim gabungan turun ke lokasi tanpa ada pembiayaan. Kami berharap Bank KfW menghentikan pendanaan. Sepanjang KfW mendanai proyk ini, situasi tidak akan aman di Poco Leok,” tegasnya.

Dia pun menjelaskan kepada para aparat bahwasanya siapa pemilik tanah Poco Leok sebenarnya serta bagaimana cara yang baik meminta tanah.

Karena penjelasan itu, Agustinus akhirnya ditangkap.

“Setelah ditangkap dan dimasukkan dalam mobil polisi, yang punya tanah mereka tendang hingga masuk rumah sakit, dan kemudian mereka mengukur lahan itu.
Betapa kejinya dan betapa luar biasanya kejahatan yang mereka lalkukan. Ini sebuah proses pencurian yang luar biasa bagi kami. TOlong ini diusut tuntas, baik pendanaan maupun sikap dan tingkah laku aparat gabungan yang turun ke Poco Leok,” ungkapnya.

Selain Agustinus, warga Poco Leok yang juga menjadi korban penangkapan aparat adalah Karlo Gampur.

Komentar

Penulis : Ven Darung

Berita Terkait

Tokoh Adat Welak Sebut Edi Weng Menang 2019 karena Minta di Tempat Ini, Sekarang Giliran Mario Richard
Edi Endi Sebut Bupati Hingga Presiden tidak Bisa Membuka Lapangan Pekerjaan, Gusti Sarifin: Itu Pemimpin Tolol
Praktisi Hukum Sebut Kepala Desa yang Buat Manipulasi Objek Pajak Bisa Berpotensi Korupsi
Perjuangan Mario Richard dalam Naungan Lelulur Empo Rengka Waek – Pong Welak
“Oe, Nomor Satu Ata Naun”, Lirik Lagu Ronda Warga Werak dalam menerima Kunjungan Mario Richard
Mario Richard Tiba di Welak Disambut Lautan Massa
Warga Sano Nggoang Sebut Bantuan Mesin Genset dari DLH Mabar Hanya Menjadi Sampah dan Bentuk Pembohongan Pemerintah
Mesin Genset di desa Golo Sepang Terancam Dikembalikan

Berita Terkait

Kamis, 21 November 2024 - 10:32 WITA

Tokoh Adat Welak Sebut Edi Weng Menang 2019 karena Minta di Tempat Ini, Sekarang Giliran Mario Richard

Kamis, 21 November 2024 - 08:37 WITA

Edi Endi Sebut Bupati Hingga Presiden tidak Bisa Membuka Lapangan Pekerjaan, Gusti Sarifin: Itu Pemimpin Tolol

Jumat, 15 November 2024 - 19:48 WITA

Praktisi Hukum Sebut Kepala Desa yang Buat Manipulasi Objek Pajak Bisa Berpotensi Korupsi

Jumat, 15 November 2024 - 16:45 WITA

Perjuangan Mario Richard dalam Naungan Lelulur Empo Rengka Waek – Pong Welak

Jumat, 15 November 2024 - 15:55 WITA

“Oe, Nomor Satu Ata Naun”, Lirik Lagu Ronda Warga Werak dalam menerima Kunjungan Mario Richard

Jumat, 15 November 2024 - 06:28 WITA

Warga Sano Nggoang Sebut Bantuan Mesin Genset dari DLH Mabar Hanya Menjadi Sampah dan Bentuk Pembohongan Pemerintah

Jumat, 15 November 2024 - 05:44 WITA

Mesin Genset di desa Golo Sepang Terancam Dikembalikan

Jumat, 15 November 2024 - 00:39 WITA

Kades Batu Cermin Diduga Manipulasi Objek Pajak Tanah Masyarakat Tanpa Sepengetahuan Pemilik

Berita Terbaru