Opini, Komodoindonesiapost.com – KOQ BISA (-2)
Aku akhirnya mulai sadar bahwa di dalam hidup ini ada sesuatu yang bisa dimengerti oleh pikiran, tetapi tidak menjawab seluruh ganjalan kegelisahan dalam diriku; terus terang, aku jadi bingung; dengan apa hidup ini dijawab, jika pikiran tidak mutlak menjaminnya? sedangkan tiada lain, di dunia ini aku inginkan sesuatu yang konkrit, paling tidak yang understandable; aneh, malah sampai hari ini aku tetap bertahan, koq bisa?
Seiring bergulirnya waktu, litani koq bisa koq bisa makin panjang dan makin panjang; teman baikku seorang filsuf muda menasihatiku untuk santai-santai saja, jangan banyak tanya; yang sering-sering dilakukan ialah mentertawakan kebodohanmu dan melucu-lucu sembari menghirup kegembiraan hidup
“Koq bisa ya, teman filsuf”jawabku kepadanya; “bukankah tugas utama filsafat ialah bertanya dan mempertanyakan? ini malah kamu ajak aku untuk melucu-lucu, membanyol dan mentertawakan diriku; parah lu ah!”
Teman filsufku tertawa, lalu berkata: “ hidup kita ini penuh kontradiksi indah yang dibingkai dalam misteri; kita ini makhluk multidimensional, tak pernah hitam putih; jangan melihat segala sesuatu dalam garis lineal kausal”
Halaman : 1 2 Selanjutnya