Opini, komodoindonesiapost.com – Koq Bisa?
Tiba-tiba dari kejauhan lagu-lagu adventus mengalun lembut; wouwww, hatiku langsung adem dan luluh; dari tadi memberontak terhadap terlampau banyak keganjilan dan keanehan, kini merunduk malu, entah kenapa; koq bisa ya!
Lagu-lagu adventus yang sekali setahun didengungkan itu menyejukkan jiwaku; pikirku karena menjelang natal, karena menantikan kedatangan kekasih cinta; ada kerinduan, ada harapan bahwa akan datang Sang Cinta pemenuh harapan, sang penggenap kekurangan dan keganjilan; lagu-lagunya menyejukkan, memang perlu stamina-lah dalam menanti di dunia ini; DIA, Sang Cinta Si Emanuel pasti datang; segala keganjilan dan kontradiksi di bumi akan DIA genapkan; terpenuhilah segala-galanya; syukur kepada Allah!
Hatiku merasa plong tapi tak lama; koq bisa? ceritanya ketika ke gereja minggu pertama adventus, romo berkhotbah lama sekali tentang pertobatan; lha, ini kan masa penantian, koq harus dominan tentang pertobatan, gumamku sendiri dalam bathin; kalau sekarang pertobatan yang utama, apa yang membedakan masa penantian dengan masa prapaskah? koq bisa begitu? padahal doa-doa dan hiasan di altar menunjukkan hijau dengan lilin-lilin bernyala simbol harapan dan doa-doanya bernuansa kerinduan
Penulis : Gerard N. Bibang
Halaman : 1 2 Selanjutnya